Tim Voli Putra Prancis mencatatkan sejarah gemilang di Olimpiade Paris 2024 lalu dengan menjadi satu-satunya tim nasional voli putra yang berhasil mempertahankan gelar Olimpiade di hadapan pendukung mereka sendiri. Kesuksesan ini menjadi momen bersejarah setelah mereka menjadi juara sebelumnya di Olimpiade Tokyo 2021.
Meski menghadapi perjalanan yang penuh tantangan, tim voli putra Prancis mampu memanfaatkan energi dari para penggemar di South Paris Arena 1 untuk menemukan performa terbaik. Hasilnya, mereka berhasil memperpanjang dominasi mereka di kancah internasional selama empat tahun lagi.
Kemenangan ini menjadikan Prancis sebagai negara ketiga yang sukses mempertahankan gelar Olimpiade voli putra dan yang pertama dalam 36 tahun terakhir. Sebelumnya, Uni Soviet melakukannya dengan kemenangan di Tokyo 1964 dan Mexico City 1968, sementara Amerika Serikat mencatatkan prestasi serupa di Los Angeles 1984 dan Seoul 1988.
Tim Inti yang Kembali Bersinar
Keberhasilan Prancis kali ini tak lepas dari kontribusi sebagian besar pemain yang juga tampil di Olimpiade Tokyo. Sepuluh pemain kembali untuk mempertahankan gelar, termasuk setter Benjamin Toniutti dan Antoine Brizard, opposite Jean Patry, outside hitter Earvin Ngapeth, Trevor Clevenot, Yacine Louati, dan Kevin Tillie, middle blocker Barthelemy Chinenyeze dan Nicolas Le Goff, serta libero Jenia Grebennikov.
Baca juga: Jadwal HI Pass vs Hyundai Hillstate Hari Ini, 8 Desember 2025
“Tiga pekan lalu, kami tidak percaya hal ini akan terjadi seperti ini,” ujar Chinenyeze. “Kami sangat beruntung memiliki kesempatan bermain di Olimpiade di rumah sendiri, mengingat terakhir kali Paris menjadi tuan rumah adalah 100 tahun yang lalu. Bermain di sini dan memenangkan gelar Olimpiade kedua di depan penggemar kami adalah pengalaman yang luar biasa.”
Dukungan Penggemar yang Tak Tergantikan
Selain pengalaman dan kualitas para pemain, dukungan penuh dari para penggemar menjadi kunci kesuksesan Prancis. Setiap kali Les Bleus (julukan tim Prancis) melangkah ke lapangan, mereka disambut oleh ribuan pendukung yang menyanyikan La Marseillaise, lagu kebangsaan Prancis, dan mengibarkan puluhan bendera setelah setiap poin.
“Para penggemar adalah senjata luar biasa bagi kami di sini,” komentar Patry. “Mereka mendukung kami di setiap pertandingan, dan atmosfernya memberikan energi besar untuk bermain. Memenangkan dua gelar berturut-turut itu luar biasa, dan melakukannya di rumah sendiri adalah sesuatu yang tak terlukiskan.”
Baca juga: GS Caltex Jungkalkan Pink Spiders, Klasemen Korea V-League Per 7 Januari 2025
Perjalanan Menuju Puncak
Kampanye Prancis di Paris terbagi menjadi dua fase. Selama babak grup, mereka menunjukkan performa yang inkonsisten namun cukup untuk melaju ke babak berikutnya setelah memenangkan enam dari sembilan poin. Mereka mengalahkan Serbia melalui tie-break, menyapu bersih Kanada, namun kalah dari Slovenia dalam lima set.
Karakter ini terlihat lagi di perempat final, ketika mereka tertinggal dua set pertama dari Jerman sebelum bangkit untuk meraih kemenangan. Pertandingan itu menjadi titik balik, di mana Prancis mulai tampil lebih agresif dan percaya diri. Mereka kemudian menyapu bersih Italia di semifinal dan Polandia di final untuk memastikan medali emas.
“Jerman menempatkan kami dalam situasi sulit, dan kami harus menemukan solusi,” kata Clevenot. “Pertandingan itu mendorong kami untuk mencapai level permainan yang lebih tinggi, dan kami terus bermain voli yang luar biasa hingga akhir turnamen.”
Penghargaan Individu dan Tim Impian
Kemenangan ini juga ditandai dengan penghargaan individu untuk Ervin Ngapeth, yang kembali terpilih sebagai Pemain Terbaik (Most Valuable Player). Beberapa pemain Prancis juga masuk dalam Tim Impian (Dream Team), termasuk Brizard, Clevenot, Patry, dan Grebennikov. Sementara itu, Jakub Kochanowski dari Polandia dan Taylor Averill dari Amerika Serikat juga masuk dalam tim tersebut.
Kemenangan ini menegaskan dominasi Prancis di dunia voli internasional dan memberikan momen bersejarah bagi olahraga di negara tersebut. Dengan dukungan penuh dari publiknya, Prancis membuktikan bahwa mereka adalah kekuatan besar yang sulit ditandingi di panggung Olimpiade.